Sabtu, 30 Januari 2010

nama : andi wahid kahar
jurusan : PHP
hobi: makan

SENAM

foto ini diambil ketika masi kelas 1...
sungguh menyenangkan saat saat itu, ingin rasanya kembali ke waktu itu dan mengulang semua kejadian menyenangkan itu. walaupun mendapat tekanan dari angkatan 23 tapi ngak masalah karna kami bisa menjalaninya sampai akhir...
skarang yang menderita angkatan 25 ...
temen-teman jangan lupakan masa-masa yang tlah kita lalui bersama
LET 24 Is the best

Kamis, 28 Januari 2010


foto ini diambil saat pembagian jurusan bagi angkatan 24...jurusan yang dapat di ambil adalah Nautika Perikanan LAut (NPL), Pengolahan Hasil Perikanan (PHP), dan Budidaya Perikanan (BP).
disinilah saat-saat kami bisa saling mengenal satu sama lain...
bagi teman-teman yang telah keluar, nama kalian masih ada di hati kami sebagai keluarga besar angkatan 24 SUPM Bone...

Jumat, 01 Januari 2010

Pengujian Salmonella sp

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil dengan luas wilayah + 74,3% lautan dan sisanya 25,7% merupakan daratan. Lautan tersebut memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar dan kaya akan jenis-jenis ikan (M. Amin Azis, 1993).

Hasil perikanan merupakan bahan pangan yang mudah sekali rusak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan yang baik dan tepat agar proses kerusakan dapat dicegah dan dihasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. Seiring dengan system perdagangan yang semakin ketat Indonesia dituntut harus mampu bersaing. Dengan memantapkan jaminan mutu kepada konsumen. Penanganan yang baik dan tepat merupakan kunci dari usaha untuk mempertahankan mutu produk hasil perikanan sehingga persyaratan mutu dapat terpenuhi.

Produk-produk yang akan diekspor seperti ikan kakap terdapat jenis-jenis bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian apabila tidak dilakukan penanganan yang baik dan tepat serta pengolahan secara sanitasi dan hygienis. Salah satu cara untuk menentukan apakah produk yang akan diekspor bermutu baik dan tidak mengandung bakteri, maka dilakukan pengujian mikrobiologi yang meliputi beberapa jenis pengujian. Salah satunya yaitu pengujian Salmonella. Diantara pengujian mikrobiologi, pengujian Salmonella yang paling sering dilakukan terhadap produk ekspor. Hal ini disebabkan karena bakteri Salmonella merupakan bakteri pathogen yang banyak mengkontaminasi produk perikanan (M. Amin Azis, 1993).

Produk yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella disebabkan karena sanitasi dari karyawan pengolahan yang kurang baik, bisa juga disebabkan oleh adanya bahan makanan yang tidak dipanaskan secara baik, dan penggunaan bahan mentah yang telah terkontaminasi.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui prosedur tetang analisa mikrobiologi dibidang perikanan khususnya pada pengujian Salmonella

b. Untuk menperoleh keterampilan dan pengalaman kerja nyata yang merupakan dasar untuk menjadi tenaga teknis perikanan khususnya pada laboratorium

c. Untuk mengetahui standar mutu produk yang akan di ekspor

2. Manfaat

a. Mengetahui prosedur pengujian mikrobiologi khususnya pengujian Salmonella

b. Mengetahui standar mutu pada produk perikanan

c. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak didunia perikanan

C. Alasan Pemilihan Judul

Dalam penulisan laporan ini, penulis mengambil judul “Pengujian Salmonella. sp pada produk ikan kakap merah utuh beku (Lutjanus. sp)” dengan alasan bahwa : pengujian ini merupakan pengujian yang paling sering dilakukan pada produk yang akan diekspor. Karena bakteri Salmonella merupakan bakteri yang bersifat pathogen sehingga dijadikan indikator keamanan pangan, maka dengan adanya bakteri ini pada makanan dianggap membahayakan kesehatan. Hal ini yang membuat penulis tertarik mempelajari lebih jauh tentang tahap-tahap pengujian Salmonella.

BAB II

PERSIAPAN

A. Rencana Kegiatan

Dalam suatu kegiatan diperlukan adanya perencanaan yang baik agar hasil yang di peroleh dapat maksimal.Rencana kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah :

1. Pengenalan alat dan Peraturan yang harus diketahui sebelum menguji

2. Persiapan contoh

3. Homogenisasi

4. Pengkayaan

5. Isolasi Salmonella

6. Uji biokimia

7. Pewarnaan gram

8. Tahap Pengamatan di Miskroskop

B. Jadwal Kegiatan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan selama Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Pembinaan Dan Pengujian Mutu Hasil perikanan (BPPMHP)

Makassar + 4 bulan dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Potensi Wilayah

Pt. Kawasan Industri Makassar (PT. KIMA) terbentang diatas areal seluas 703 Ha, terletak 15 Km dari pusat kota Makassar yang juga ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Ditempuh 20 menit dari pelabuhan laut, 30 menit dari Bandar Udara Hasanuddin, menjadikan kawasan industri Makassar sangat strategis sebagai pusat pengembangan berbagai jenis industri dikawasan Timur Indonesia. Untuk komposisi saham di PT. KIMA saat ini terdiri atas beberapa unsur antara lain pemerintah RI (60%), pemerinah provinsi Sul-Sel (30%), dan pemerintah kota Makassar (10%). Setelah sebelumnya berhasil mendapat pengakuan internasional berupa sertifikat ISO 9001, saat ini KIMA tengah berbenah mengejar ISO 14000, sebuah lisensi standarisasi kelayakan perusahaan dalam manajemen lingkungan. Selain itu, Kima juga telah menggalang kemitraan dengan dunia internasional. Tahun 1992 telah dilakukan penandatanganan perjanjian kawasan perdagangan antara Trade Development Zone Darwin (TDZA) dengan kima, dan bermitra dengan China National Heavy Machinery Industri tahun 2002 dalam bidang informasi Bisnis, Ekonomi, Perdagangan, Industri dan peningkatan SDM (www.ptkimamakassar.co.id).

BAB III

PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) akan dilaksanakan kurang lebih tiga setengah bulan dimulai hari senin, 27 Juli 2009 sampai dengan 20 Oktober 2009 di Balai pembinaan dan pengujian Mutu hasil perikanan (BPPMHP) Makasssar yang bertempat di Jalan Prof.Ir. Sutami No.23.

B. Keadaan Lokasi

BPPMHP Makassar memiliki luas tanah 1,2 Ha. luas bangunan laboratoriumnya 800 m2 yang terbagi atas gedung administrasi 270 m2 dan gedung pengujian 540 m2. BPPMHP Makassar memiliki 3 bagian pengujian yaitu mikrobiologi (uji Salmonella,uji ALT, uji Staphylococcus, uji Vibrio dan uji E.Coli), kimia (uji kadar air, uji kadar abu, uji histamin,dan uji logam berat) dan Organoleptik (uji filth, uji formalin, uji sensorik dan organoleptik).

Laboratorium BPPMHP Makassar memiliki jarak dari tol sekitar + 25 meter. Disekitar lab. tersebut berdiri beberapa gudang perusahaan diantaranya gudang produk ABC, gudang perusahaan WINGS,dll. Laboratorium BPPMHP memiliki 12 orang analis, 5 orang di lab.kimia, 4 orang di lab.mikro dan 3 orang di lab.organoleptik. perusahaan yang bergerak dibidang perikanan menyambut baik dengan adanya lab. Ini karena salah satu syarat untuk perusahaan melakukan ekspor yaitu dengan memiliki Health Certificat (HC) yang dikeluarkan oleh lab BPPMHP Makassar. Sampel yang sering diuji yaitu udang, kakap, kerapu, tuna, telur ikan terbang dll. Untuk setiap bulannya BPPMHP Makassar menguji sampel sebanyak +110 dan

mengeluarkan sertifikat ± 130 eksampler.

C. Kegiatan-Kegiatan

1. Identifikasi Salmonella

Kerajaan:

Bacteria

Filum :

Firmicutes

Kelas :

Cocci

Ordo :

Bacillales

Famili :

Staphylococcaceae

Genus :

Staphylococcus

Spesies : S. aureus, S. auricularis, S. capitis, S. caprae, S. epidermidis, S.

felis, S. haemolyticus, S. hominis, S. intermedius, S. lugdunensis,

S. saprophyticus, S. schleiferi, S. vitulus, S. warneri, S. xylosus

Salmonella adalah bakteri gram negative, berbentuk batang pendek tanpa spora. Pada media laboratorium Salmonella dapat tumbuh pada suhu 5 – 47oC dengan suhu optimum 35 – 37oC. pH untuk pertumbuhan salmonella pada media laboratorium sekitar 4,0 – 9,0 dengan pH optimal 6,5 – 7,5. Terdapatnya bakteri ini pada makanan adalah sangat berbahaya, karena bakteri ini adalah sumber penyakit bagi manusia, baik secara langsung yaitu dengan mengkomsumsi makanan atau secara tidak langsung yaitu melalui kontaminasi dari peralatan rumah tangga atau peralatan

pengolahan (http://www2.dw_world.de).

2. Gejala dan Pencegahan Bakteri Salmonella

Gejala keracunan Salmonella pada manusia biasanya baru terdeteksi setelah 5 sampai 36 jam. Keracunan Salmonella diawali denga sakit perut dan diare yang disertai juga dengan panas badan yang tinggi, perasaan mual, muntah, pusing – pusing dan dehidrasi. Semakin banyak jumlah bakteri yang terkandung dalam tubuh, semakin terancam jiwa penderita. Penderita infeksi Salmonella yang sudah terlalu banyak mengeluarkan cairan dapat terancam jiwanya akibat kekurangan cairan (dehidrasi) yang berlebihan. Akibatnya yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare. Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang sedang hamil sekalipun dapat mengalami keguguran. Bila sudah nampak tanda – tanda keracunan penderita harus dibawa ke dokter.

Untuk menghindari penularan infeksi salmonella, sisa kotoran, urin, atau muntahan penderita harus dibuang dengan hati – hati. Sebab dari disinilah penularan dapat terjadi. Peralatan yang tersentuh makanan yang diduga mengandung Salmonella harus dicuci dengan air panas atau direbus agar bakterinya mati (http://www.profauna.org)

3. Sterilisasi

Setiap penulis akan melakukan pengujian semua peralatan yang digunakan harus disterilakan. Gunanyauntuk mematikan bakteri yang dapat mengkontaminasi sehingga hasil pengujian menjadi tidak akurat.

Untuk peralatan seperti tabung reaksi, gelas ukur, erlemeyer, batang gelas bengkok, cawan petri, pipet ukur, spatula. disterilisasi dengan menggunakan metode kering yaitu dengan menggunakan oven dengan suhu 160oC - 170oC selama 2 jam. Sedangkan untuk media, disterilisasi dengan metode uap panas dengan menggunakan autoclave suhu 121oC

selama 15 menit (http://www.blogpribadi.com).

4. Pengujian Salmonella

Adapun tahap-tahap pada pengujian Salmonella sp yaitu tahap sterilisasi media dan peralatan, tahap penimbangan, tahap homogenisasi, tahap pengkayaan, tahap isolasi bakteri, tahap uji biokimia, tahap uji sereologi, tahap uji biokimia tambahan, dan tahap pewarnaan gram.

a. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian Salmonella yakni : stomacher beserta plastik steril, Pipet, Petridish, Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Timbangan dengan ketelitian 0,1 g, Inkubator 35°C ± 1°C, Waterbath 43°C ± 0,2°C, Waterbath 42°C ± 0,2°C, Jarum inokulasi, Autoclave, Alat pengocok (Vortex mixer), Bunsen, pH meter, Spatula, Oven, Hot plate dan

stirrer, Filter apparatus

a. Media Dan Pereaksi

- Media

Adapun media yang digunakan untuk pengujian Salmonella adalah : Lactose Broth, Rappaport-Vassiliadis (RV), Tetrathionate Broth (TTB), Hectoen Enteric (HE) Agar, Bismuth sulfite Agar (BSA), Selenite Cystine Broth (SCB), Xylose Lysine Desoxycholate (XLD) Agar, Triple Sugar Iron (TSI) Agar, Lysine Iron Agar (LIA), Lysine Decarboxylase Broth (LDB), Tryptone Broth (TB), Urea Broth, Phenol red dulcitol, Salmonella Polyvalent Somatic O Antiserum,Potasium Cyanida (KCN) Brot, Malonate Broth, Phenol red lactose, Phenol red sucrose, Methyl Red - Voges-Proskauer (MR – VP) Broth, Reagen VP, Methyl Red, Simmons citrate Agar (SCA), aquades.

- Pereaksi

Adapun pereaksi yang digunakan adalah Reagent covaks, Reagen VP,

Methyl Red.

b. Persiapan Sampel

Adapun sampel yang diuji di BPPMHP Makassar yaitu udang, ikan kerapu, ikan tuna, paha kodok, telur ikan terbang, kepiting kaleng, dan ikan kakap. Adapun sampel yang akan diuji oleh penulis yaitu ikan kakap merah utuh beku (170908). Sampel ini diuji pada tanggal 17 september 2009 dan selesai pada tanggal 25 september 2009 di Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPPMHP) Makassar, lembar control pengujian Salmonella sp dapat dilihat pada lampiran 2.

Peralatan yang akan digunakan untuk mempersiapkan sampel diantaranya pisau, pinset, pan dari besi. Sebelum menggunakan peralatan tersebut, terlebih dahulu harus diterilkan dengan membakar peralatan tersebut. Setelah itu barulah sampel dipotong-potong kecil dan selanjutnya ditimbang 25 gram dengan menggunakan timbangan analitik. Hal ini sesuai dengan SNI 01-2332.2-2006 yang menyatakan bahwa dalam mempersiapkan sampel harus menerapkan teknik aseptik.

Gambar 1. Timbangan analitik

c. Homogenisasi

Setelah penulis menimbang sampel selanjutnya sampel dihomogenkan dengan larutan LB 225 ml dengan menggunakan stomacher selama 2 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam erlemeyer steril dan diinkubasi selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C di dalam inkubator.

Gambar 2. Larutan LB yang telah diinkubasi

d. Pengkayaan



IMG_4703
Dalam melakukan tahap pengkayaan penulis menggunakan mikropipet untuk memindahkan larutan yang telah dihomogenkan 1 ml ke media Tetrathionet Broth (TTB) dan 0,1 ml ke media Rapparvort Vassiliadis (RV). Setelah ditambahkan, kemudian inkubasikan media TTB di wate bath pada suhu 43°C ± 0,2°C sedangkan untuk RV inkubasi pada suhu 42°C ± 0,2°C (Water bath) selama 24 jam ± 2 jam.

Gambar 3. Tetrathionet broth dan Rappavort Vassiliadis

e. Isolasi Salmonella

Setelah media Tetrathionet Broth dan Rapparvort Vassiliadis diinkubasi, lalu homogenkan dengan menggunakan vortex sehingga bakteri yang tumbuh dapat merata disetiap media. Dengan mengginakan jarum ose penulis mengambil 1 loop kemudian menginokulasikannya dengan cara menggores pada media selektif Hekteon Enteric (HE) Agar, Xylose Lyine Desoxycholate (XLD), Bismuth Sulfite Agar (BSA). Kemudian inkubasi di dalam inkubator selama 24 jam + 2 jam pada suhu 35oC + 1oC. Menurut SNI 1-2332.2-2006, karakteristik Salmonella pada media selektif sebagai berikut:

· Pada media HE agar koloninya berwarnah hijau kebiruan sampai biru dengan atau tanpa inti hitam. Umumnya membentuk koloni besar.

· Pada media XLD agar koloninya berwanah merah jambu (pink) dengan atau tanpa inti hitam.

· Pada media BSA berwarna coklat, abu-abu atau hitam, kadang-kadang metalik. Biasanya sekitar koloni pada awalnya berwarnah coklat miring.

IMG_3952Koloni Salmonella yang positif dapat dilihat pada gambar 1. Dibawah ini

Gambar 4. Koloni Salmonella pada media selektif

Setelah menginkubasi media selektif ini selama 24 jam + 2 jam. Ternyata pada tahap pembacaan penulis mendapatkan koloni yang khas Salmonella. Koloni yang khas Salmonella selanjutnya diinokulasikan pada media Tripel Sugar Iron (TSI) dan Lysin Iron Agar (LIA) dengan cara mengambil 1 loop koloni Salmonella kemudian diinokulasikan pada agar miring Tripel Sugar Iron (TSI) dan tusuk pada agar tegaknya, tanpa mengambil koloni yang baru gunakan ose yang sama kemudian inokulasikan pada media Lysin Iron Agar (LIA) dengan cara tusuk pada agar tegaknya dan gores pada agar miringnya (SNI 1-2332.2-2006). Setelah itu Inkubasi TSI dan LIA pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam di inkubator. reaksi seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil reaksi TSI dan LIA

Media

Agar Miring (goresan)

Agar Tegak (tusukan)

H2S

TSI

Alkalin/K (merah)

Asam/A (kuning)

+/-

LIA

Alkalin/ K (ungu)

Alkalin/ K (ungu)

+/-a

a umumnya kultur Salmonella membentuk H2S pada LIA

Sumber : SNI 1-2332.2-2006

f. Uji Biokimia

1) Uji Urease

Didalam pengujian urease penulis menggunakan jarum ose kemudian mengambil 1 loop kultul bakteri dari TSI kemudian menginokulasikannya ke dalam Urea Broth. Inkubasikan selama 24 jam + 2 jam pada suhu 35oC + 1oC. Salmonella memberikan reaksi negatif ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada media (SNI 1-2332.2-2006).

2) Phenol red dulcitol broth (Dulcitol)

Menurut SNI 1-2332.2-2006, dengan menggunakan jarum ose pindahkan 1 loop dari TSI ke dalam media dulcitol Broth. Kemudian inkubasi selama 48 jam + 2 jam pada suhu 35oC + 1oC. sedangkan di BPPMHP Makassar media dulcitol hanya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35oC + 1oC, karena setelah 24 jam media ini telah memberikan reaksi. Salmonella memberikan reaksi positif ditandai dengan gas pada tabung durham dan media berubah warna dari ungu ke kuning.

3) Tryptone Broth (TB)

Penulis menggunakan jarum ose untuk memindahkan 1 loop kultur bakteri dari TSI ke dalam media Tryptone Broth. inkubasi selama 24 jam pada suhu 35oC + 1oC. Kemudian lanjut pada uji potassium cyanida (KCN) broth dan uji malonate broth.

a) Potasium Cyanida (KCN) Broth

Setelah tryptone broth diinkubasi, dengan menggunakan jarum ose penulis memindahkan 1 loop dari tryptone broth kedalam media KCN broth. Setelah itu, tutup tabung rapat-rapat dengan menggunakan kapas dan dilapisi parafilm. Karena potassium cyanida ini bersifat racun. Inkubasi selama 48 jam + 2 jam pada suhu 35oC + 1oC di dalam inkubator

(+) Reaksi, ditandai denga adanya kekkeruhan pada tabung potassium cyanida (KCN) broth.

(-) Reaksi, ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna

Hasil uji ikan kakap merah memberikan reaksi (-) pada uji potassium cyanide (KCN) broth.

b) Uji Malonate Broth

Dengan menggunakan jarum ose, pindahkan 1loop dari TB yang telah diinkubasi selama 24 jam kedalam malonate broth. Inkubasikan selama 48 jam + 2 jam pada suhu 35oC + 1oC, sesuai dengan SNI 1-2332.2-2006.

(+) Reaksi, mengalami perubahan warna menjadi biru

(-) Reaksi, tidak mengalami perubahan warna

Hasil uji ikan kakap merah memberikan reaksi (-) pada uji malonate broth.

c) Uji Indol

Menurut SNI 1-2332.2-2006, pada media TB yang telah diinkubasi selama 24 jam pindahkan sebanyak 5 ml kedalam tabung steril setelah itu tambahkan 0,2-0,3 ml reagent kovacs’. Sedangkan di BPPMHP Makassar, tanpa memindahkannya ke tabung steril langsung saja ditambahkan 0,2-0,3 ml reagent kovacs’.

(+) Reaksi, membentuk cincin merah pada permukaan

(-) Reaksi, membetuk cincin kuning dipermukaan

Hasil uji kakap merah membrikan reaksi (-) pada uji indol

4) Sereologi Polyvalent Somatic O

Dengan menggunakan jarum ose penulis mengambil 1 loop kultur dari TSI yang telah diinkubasikan selama 48 jam dan letakkan diatas gelas preparat, kemudian tetesi dengan larutan saline 0,85% steril. Kemudian teteskan Salmonella polyvalent somatic (O) antiserum lalu ratakan. Setelah semua tercampur rata, miringkan gelas preparat kekiri dan kekanan. Menurut SNI 1-2332.2-2006, ambil 1 loop kultur dari TSI yang telah diinkubasikan selama 24 jam – 48 jam dan letakkan diatas gelas preparat, kemudian tetesi dengan larutan saline 085% steril dan emulsinkan. Letakkan 1 tetes Salmonella Polyvalent Somatic (O) Antiserum sedikit demi sedikit dengan suspense koloni sampai tercampur sempurna. Lakukan control dengan menggunakan larutan saline dan antiserum.

(+) Reaksi, apabila terjadi gumpalan dan terbentuk seperti pasir

(-) Reaksi, apabila tidak terjadi penggumpalan

Uji ikan kakap merah memberikan reaksi (+) pada uji ini.

Tabel 3. Reaksi biokimia dan sereologi untuk Salmonella

No

pengujian

Hasil reaksi

Reaksi Salmonella

Positif

Negatif

1

Urease

Warna ungu sampai merah

Tidak terjadi perubahan

-

2

Lysine Decarboxylase Broth (LDB)

Warna ungu

Warna kuning

+

3

Phenol red Dulcitol Broth

Warna kuning dan/ atau gas

Tidak ada perubahan

+

4

KCN Broth

Pertumbuhan

Tidak ada pertumbuhan

-

5

Malonate Broth

Warna biru

Tidak ada perubahan warna

­ -

6

Uji Indol

Warna violet Pada permukaan

Warna kuning pada permukaan

-

7

Uji serologi Polyvalen Somatic (O)

Penggumpalan

Tidak ada penggumpalan

+

Sumber : SNI 1-2332.2-2006

5) Uji Biokimia Tambahan

Dikatakan Salmonella apabila semua reaksi yang ditunjukkan selama ikan kakap merah diuji sama dengan reaksi pada tabel 3. Untuk memperkuat hasil identifikasi maka dilakukan uji biokimia tambahan sebagai pembanding.

a) Uji Phenol Red Lactose Broth (Laktose)

Kultur dari TSI diinokulasikan kemedia lactose dan diinkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C didalam inkubator, hal ini sesuai dengan SNI 1-2332.2-2006

(+) Reaksi, apabila terjadi pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung Durham.

(-) Reaksi, apabila tidak terbentuk gas pada tabung durham dan warna ungu pada seluruh media.

Hasil uji ikan kakap merah memberikan reaksi (-) pada uji Phenol Red Lactose Broth.

a) Phenol Red Sucrose Broth (Sucrose)

Pindahkan 1 loop dari TSI agar miring yang telah diinkubasi selama 24 jam – 48 jam kedalam Phenol red sucrose. Inkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C.

(+) Reaksi, apabila terjadi pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung

durham

(-) Reaksi, apabila tidak terbentuk gas pada tabung durham dan warna ungu

pada seluruh media.

Reaksi yang diberikan oleh ikan kakap merah yang diuji adalah (-) untuk uji Phenol Red Sucrose Broth (Sucrose).

b) Methyl Red – Voges Prouskauer (MR-VP) Broth.

Penulis menggunakan jarum ose untuk memindahkan 1 loop kultur dari TSI kedalam media MR-VP Broth kemudian menginkubasinya dalam inkubator pada suhu 35oC selama 48 jam ± 2 jam. Hal ini sesuai dengan SNI 1-2332.2-2006.

(1) Uji Voges Proskauer (VP)

Dengan menggunakan powerpipet, penulis memindahkan 1 ml MR-VP yang telah di inkubasi selama 48 jam + 2 jam. Kemudian tambahkan 0,6 ml alpha napthol dan kocok. Selanjutnya tambahkan 0,2ml larutan KOH 40% dan kocok kembali. Setelah dilakukan penambahan diatas ternyata kultur dari TSI memberikan reaksi negatif yaitu tidak terjadinya perubahan warna pada media Reaksi ini sesuai dengan SNI 1-2332.2-2006 yang menyatakan bahwa pada umumnya Salmonella memberikan reaksi negatif,ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna pada media. Sisa dari MR-VP diinkubasi lagi selama 48 jam +  2 jam pada suhu 35oC untuk dilanjut pada uji MR

(2) Uji Methyl Red (MR)

MR-VP yang telah di inkubasi selama 96 jam di tambahkan 5 – 6 tetes indikator methyl red setelah itu dikocok, setelah dikocok media berubah warna menjadi merah. Menurut SNI 1-2332.2-2006 reaksi Salmonella pada uji MR yaitu :

(+) Reaksi, terjadinya difusi warna pada media

(-) Reaksi, terjadinya difusi warna kuning pada media.

Salmonella memberikan hasil (+) pada uji Methyl Red (MR)

c) Simmont Citrate Agar (SCA)

Dengan menggunakan jarum ose penulis mengambil 1loop kultur dari TSI kemudian digoreskan pada agar miring SCA. Kemudian diinkubasi didalam inkubator selama 96 jam + 2 jam suhu 35oC + 1oC. reaksi yang didapat oleh penulis yaitu media berubah warna menjadi biru. Menurut SNI 1-2332.2-2006, Inokulasi kultur dari TSI Agar miring kedalam media Simmon Citrate Agar miring dengan cara menggores agar miring dan menusuk agar tegaknya. Inkubasikan selama 96 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C. Salmonella memberikan hasil variable (V) pada uji Simmon Citrate Agar (SCA)

d) Uji Morfologi (Pewarnaan Gram)

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yaituGram-positif dan gram-negartif (Tamrin, Mangile Erni, Sediati, 2005). Berikut merupakan prosedur kerja yang dilakukan oleh penulis pada uji morfologi.

- Prosedur kerja :

1) Dengan menggunkan jarum ose diambil 1 loop air steril, letakkan pada kaca preparat.

2) Diambil bakteri dari Triple Sugar Iron (TSI) Agar kemudian dihomogenkan dalam air steril, diletakkan pada kaca preparat.

3) Difiksasi cepat diatas Bunsen selama 5 detik untuk mengeringkan dan mematikan bakteri.

4) Diteteskan kristal violet secukupnya, diamkan selama 1 menit .

5) Dicuci dengan air mengalir selama 5 detik, dihilangkan kelebihan air

6) Diteteskan iodine secukupnya, didiamkan selama 1 menit

7) Cuci larutan iodine dengan air mengalir selama 5 menit

8) Rendam atau basuh dengan alkohol 90 % selama 30 detik

9) Cuci dengan air mengalir selama 5 detik, dihilangkan kelebihan air

10) Teteskan larutan safranin, biarkan selama 1 menit

11) Cuci dengan air mengalir, dihilangkan kelebihan air

e) Tahap Pengamatan pada Miskroskop

Salmonella merupakan gram (-) yang mengikat warna safranin (merah) pada pewarnaan gram yang berbentuk batang pendek tanpa spora.

(Tamrin, Mangile Erni, Sediati, 2005).

BAB IV

MASALAH DAN PEMECAHAN

A. Masalah

Beberapa masalah yang dihadapi dalam melakukan pengujian di BPPMHP Makassar yang dapat menghambat berjalannya pengujian adalah :

1. Terkadang pengujian Salmonella kekurangan media Lactose Broth (LB).

2. Jumlah peralatan yang tidak seimbang dengan jumlah pengujian. sehingga analis yang akan menguji harus bergantian untuk menggunakan peralatan tersebut. Contoh peralatan yang saya maksud adalah powerpipet, laminary air flow, hot plate, dll.

3. Tidak adanya kotak P3K di dalam ruangan pengujian, sehingga saat terluka harus pergi ke ruang analis untuk mendapatkan obat luka.

B. Pemecahan

Tindakan yang harus diambil laboratorium untuk masalah diatas sehingga pengujian dapat dilakukan dengan baik adalah :

1. Normalnya 25 gram sampel dihomogenkan dengan 225 ml Lactose Broth (LB). Apabila lab. Mengalami kekurangan media maka analis dapat mengsiasati dengan menghomogenkan sampel 25 gram dan 25 ml Lactose Broth (LB) setelah homogen, dengan menggunakan powerpipet diambil 1ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml Lactose Broth (LB) kemudian inkubasi di dalam inkubator.

2. Analis mengajukan permohonan ke kepala laboratorium untuk penambahan peralatan pengujian. Sehingga analis dapat bekerja dengan baik tanpa harus antri untuk menggunakan peralatan.

3. Sebaiknya kotak P3K yang berada diruang analis di tempatkan didalam ruang pengujian. Sehingga saat analis atau siswa PKL yang terluka dapat cepat mendapat perawatan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian Salmonella di Balai Pembinaan dan pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPPMHP) Makassar, penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Tahap pengujian Salmonella pada produk ikan kakap merah utuh beku (Lutjanus. Sp) meliputi tahap persiapan peralatan dan media, tahap analisa (persiapa contoh, homogenisasi, pengkayaan, isolasi Salmonella, media selektif, uji biokimia, uji sereologi, pewarnaan gram dan tahap pengamatan pada miskroskop)

2. Hasil pengujian Salmonella pada produk ikan kakap merah utuh beku (Lutjanus. Sp) dinyatakan positif Salmonella dan tidak layak untuk melakukan ekspor karena tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mengharuskan hasil uji Salmonella negatif.

B. Saran

a. Memberikan pengetahuan kepada pengolah ikan tentang penerapan sanitasi dalam bekerja sehingga kontaminasi oleh bakteri dapat dihindari.

b. Dalam melakuka pengujian diperukan ketelitian dan kehati-hatian sehingga tidak terjadi kesalahan dan hasil pengujian yang didapat akurat.

c. Pengawasan dalam penggunaan jas laboratorium, masker, dan sarung tangan harus di tingkatkan

d. Dalam melakukan pengujian Salmonella semua peralatan dan medianya harus di sterilkan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

SNI, 2006. Pengujian Salmonella. BPPMHP_Ditjen Perikanan. Jakarta.

Tamrin, Mangile Erni, Sediati, 2005. Analisa Terpadu “A” Sekolah

Menengah Analis Kimia (SMAK). Makassar

Azis, M. A.,1993. Agro Industri Ikan Tuan dan Udang. Pengembangan

Agro Bisnis. Jakarta

http://www.profuna.org/content/id/2009/penyakit menular dari satwa liar.

http://www.ptkima-makassar.com/4 september 2009/Propil PT. KIMA.

http://www.blogmancingkakap.com/4 september 2009/teknik Memancing ikan kakap.